Sabtu, 12 Oktober 2013

Solo, Semalam Sehari

Wah, udah weekend lagi aja. Hari-hari cepat berlalu. Baru seminggu yang lalu saya dan 3 orang saudara menghabiskan waktu semalam sehari di Solo. Sensasinya aja masih terasa sampe sekarang.

Solo, the spirit of Java, emang kota yang tidak pernah membosankan untuk dikunjungi. Minimal setahun sekali saya berkunjung ke kota ini. Karena urusan pekerjaan. Nah, minggu lalu, saya bersama 3 saudara sengaja mbolang ke sana dengan menggunakan kendaraan umum. Niatnya untuk mencari suasana baru dan kabur dari segala rutinitas yang membosankan.

Jam 15.00 waktu bagian karangjati, kami berempat memulai perjalanan. Jam segitu saat weekend, bus semarang – solo pada penuh. Terpaksa kami harus berdiri sepanjang perjalanan, sampai ada penumpang lain yang turun dan mengiklaskan tempat duduknya untuk kami. 2,5 jam kemudian kami sampai di Solo. Tepatnya di terminal Tirtonadi. Dari sini kami mulai ribut. Tak ada satupun dari kami yang tahu jalan di Solo. Pun dengan saya yang menjadi andalan mereka. Meskipun saya sering ke Solo, tapi saya juga tidak begitu paham jalanan di daerah ini. Ya, gimana bisa tahu? Setiap ke Solo selalu dijemput di depan rumah, terus pulangnya diantar sampe depan rumah lagi. Semua tinggal terima jadi.

Bermodalkan alamat hotel hasil googling, saya bertanya kepada petugas terminal. Ada yang menyarankan untuk lanjut naik bis saja, terus nanti turun di perempatan. “Lhah, ini di perempatan mana pak? Saya buta perempatan di Solo je...” Teriak saya dalam hati.

Ada yang menyarankan untuk nyarter mobil atau taxi saja. Berhubung, waktu itu langit sudah hampir gelap, kami putuskan untuk bergerak cepat. Kami menyewa mobil yan seadanya dengan harga Rp 50.000. Itu harga mati. Supirnya gak mau ditawar-tawar lagi. Ya sudah. Demi keamanan dan kenyamanan bersama kami menyepakati harga tersebut.

Setelah, muter-muter gak jelas. Dari satu perempatan ke perempatan lain. Lewat jalan ini itu. Nanya-nanya ke tukang parkir, Akhirnya hotel yang menjadi tujuan kami ketemu juga. Paradiso Guest House. Tempatnya agak masuk ke gang. Sebenarnya dekat dengan jalan raya. Tapi gak tau tuh supirnya, malah muter-muter gak jelas. Berada di daerah Kemlayan Kidul. “Pilihan hotel yang tepat.” Gumam saya begitu petugas membuka pintu. Sekilas bangunannya agak serem. Maklum, bangunan peninggalan jaman Belanda. Tapi suasana asyik. Tenang. Harganya juga murah. Antara Rp 80.000 s.d Rp 150.000 per kamar. Cocok untuk kami yang memang berniat backpacker-an. Tapi, jangan mengharapkan fasilitas wah di hotel dengan harga murah. Fasilitasnya standar sekali. Kamar tidur yang empuk, kamar mandi dalam. Tentu, tanpa ada pilihan keran hangat atau dingin. Handuk. Dan terakhir kipas angin. Pokoknya, menurut saya, lumayanlah. FYI, kipas anginnya lucu,khas jaman dahulu kala. Keran klosetnya juga. Masih puteran. Saya suka, dan memainkannya beberapa kali. Kamso ya? biarin!
 
Salah satu spot di Paradiso

Spot lainnya
Kami sempat berbincang dengan petugas hotel. Dan mendadak shock, saat tahu ongkos dari terminal ke hotel. Hanya Rp 25.000. Itupun sudah taxi. Iya, selisih 50%. Muka kami langsung lemes. Tapi ya sudahlah. “Anggap saja ngamal.” Kata-kata pembelaan untuk diri sendiri kalo lagi salah.

Malam hari, kami menyusur Solo dengan jalan kaki. Karena hari ini memang antinyaman. Gak ada mbecak atau ngangkot lagi. Kami muterin kota Solo. Jalan Slamet Riyadi dan sekitarnya lewat. Berakhir di Galabo. Niatnya kulineran. Eh, malah asyik nonton akustikan. Ya udah, ngendon aja di situ sampe tengah malam. Lagunya syik-asyik sih. Tapi sempat jalan-jalan juga dink. Coba-coba makanan dan minuman baru. Wedang Uwuh, bajigur, ternyata jenis minuman tradisioanl itu gak cocok di lidah saudara-saudara saya. Saya mah, pilih aman aja. Pesen es pisang ijo dan rolade. Bukan rolade dari daun singkong lho ya. Rolade yang ini dari daging yang digulung, terus diiris tipis menyerupai tempura yang bunder itu. “Jauh-jauh ke Solo kok Cuma makan es pisang ijo, Ye?” Batin saya sendiri. 
 
Suasana makan malam dihibur sama akustikan

Galabo

Manusia-manusia dengan pose yang gak jelas
Berhubung di situ juga lagi ada Pekan Wisata dan Ekonomi Kreatif 2013, ya sempatin mampir dulu lah. Itung-itung liat hiburan kesenian daerah geratis. 
 
Salah satu kesenian daerah. Tapi maaf kurang jelas
Lewat tengah malam, masih dengan jalan kaki kami pulang ke hotel. Sepanjang jalan yang kami lewati masih ramai saja. anak-anak motor seperti membuat barisan sendiri sesuai dengan jenis motor yang mereka tunggangi. Singkat cerita, kami sampai di hotel dan langsung tekpar. Bayangan untuk tidur dengan nyenyak buyar seketika, mendengar dengkuran keras dari bantal sebelah. Huh, pengen timpukin itu yang tidur di sebelah. Atau ganjel mulutnya pake bantal. "Dek!!!"

Pagi hari, jalan-jalan lagi. ikuta CFD ceritanya. Maklum di negara saya, karangjati, gak ada yang namanya CFD. Berlanjut ke acara selanjutnya, yaitu muterin Keraton Solo. Setelah berjalan jauh, dan 2 orang saudara saya mengaku kelelahan, kami putuskan untuk menyewa becak. Rp 25.000 per becak. Mahal gak sih harga segitu? Kalo menurut saya sih enggak. Lha bapaknya yang sudah tua gitu suruh genjot becak muterin keraton, kampung batik, sampai ke BTC. Terus masih diantar pulang sampai ke hotel. Duhhh, Si Bapak, semoga rejekinya berkah deh. 
 
CFD...
Muterin Keraton solo itu nyenengin. Bangunnya yang khas. Warna yang identik dengan putih biru. Diapit 2 alun-alun. Liat kebo keramat juga. Beneran deh, kalo lain kali ke sini lagi, harus benar-benar meluangkan waktu. Titik. 
 
Depan Museum Keraton

Dekat pintu masuk keraton
Dari keraton, perjalanan di lanjutkan ke kampung batik yang lokasinya tidak jauh dari keraton. Biasa, belanja-belanja. Kata bapak tukang becaknya, di sini batiknya bagus-bagus. Iya, memang bagus-bagus kalo yang harganya juga bagus. Tapi tersedia juga harga murah kok. Tapi, ya gitu susah nawarnya. Ditawar sampe gimana juga turunnya pol 15 %. Belinya borong pun, tetep segitu. Ya udah, kadung kepincut sama batiknya, ya dibeli juga.

Selesai transaksi di kampung batik, kami melanjutkan perjalanan ke BTC (beteng Trade Center) Solo. Belanja-belanja lagi. Memang ya, gini kalo perginya sama mbak-mbak. Harus siap uang saku dadakan. Tapi, BTC ini tempat favorit belanja saya di Solo lho. Harganya miring hehe. Yang suka fashion, tapi uangnya pas-pasan, tempat ini recommend deh.

Mbecak
Puas keliling BTC sampai kaki gempor, kami balik lagi ke hotel. Packing. Trus pulang deh. Satu yang terlewat, gak sempat naik bus werkudoro. Cuma lihat pas dia lewat aja. Kapan-kapan deh baik lagi ke Solo. Pergi ke Museum Sangiran. Ke Candi Sukuh dan Cetho. Ke Grojogan Sewu. Ke Makam pak Harto. Eh, ternyata banyak tempat di Solo yang belum dikunjungi. Kapan saudara-saudaraku kita ke sana lagi? Pasti jawabnya “ntar deh, kalo waktu dan duitnya pas.”

Pokoknya, terimakasih Solo. Untuk keramahannya semalam seharian.

18 komentar:

  1. mbk yuyun mohon info tentang paradiso guesthouse, detail harganya, terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau untuk info lengkap kemarin saya googling. Tapi masalah harga, sesuai dengan kamar, antara 80-150 ribu. Saya ber4 menyewa 1 kamar dengan harga 85 ribu yg seharusnya untuk 2 orang. Dan kami harus menambah 25 ribu lagi per kepala

      Hapus
  2. ada tip buat petugas hotelnya ga mbk?

    BalasHapus
  3. oy mbak,satu pertanyaan lagi ya
    saya masih awam soal guesthouse, sebenarnya gimana to konsep guesthouse?
    beberapa hari yang lalu saya lewat pintunya kg tertutup?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agak berbeda dengan hotel yang berbintang. Di sana lebih seperti rumah tinggal dengan kamar yang berderet. Hanya ada 1 petugas. Kalau mau masuk tinggal tekan bel. kalau saya kemarin memang kontak-kontakan dulu sama petugasnya, jadi pas sampai sana petugasnya udah di depan pintu

      Hapus
  4. tanya lagi ya mbk. .
    yang 80an sama yang 150an itu bedanya di apanya, mungkin TV, atau cuma luasan kamarnya yang beda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sempat ngintip, yang lebih mahal ada TV, luas kamarnya juga beda

      Hapus
  5. mbak habis nginep mbak yuyun juga dikasih kartu nama plus nomer teleponnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak. Pernah dikasih no.HP sih, tapi kayaknya udah kehapus.

      Hapus
  6. saya juga tanya lewat FBnya mbk yuyun, saya kirim scanan kartu namanya ke FB mbak,mohon dibalas lewat FB

    BalasHapus
    Balasan
    1. Atas nama siapa? Di FB saya ndak ada inbox dari akun baru je..

      Hapus
  7. rima nur cahyanti mbak
    pesane masuke ke folder lainnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah Add aku belum? Kalau belum biasanya ndak masuk ^^

      Hapus
  8. udah i mbak,yuyun nasekha kan mbk?

    BalasHapus
  9. saya belum dikonfirm mbk juga i mbk?

    BalasHapus