Kamis, 26 September 2013

Takkan Berpaling Darimu - Rossa

Kala malam bersihkan wajahnya dari bintang-bintang
Dan mulai turun setetes air langit dari tubuhnya
t
Tanpa sadar nikmatnya alam karena kuasaMu
Yang takkan habis sampai di akhir waktu perjalanan ini


Terima kasihku padaMu Tuhanku
Tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata
Hanya diriMu yang tahu besar rasa cintaku padaMu

Oh Tuhan anugerahMu tak pernah berhenti
Selalu datang kepadaku Tuhan semesta alam
Dan satu janjiku takkan berpaling dariMu

(terima kasihku) ya Allah
(padaMu Tuhanku) anugerahMu
(anugerahMu) 

Engkau sisihkan semua aral melintang di hadapanku
Dan buat terang seluruh jalan hidup ’tuk melangkah
Ini nih, salah satu everlasting song. Dinyanyikan sama Teteh Ocha, diciptakan sama siapa? Gak tahu hehe.. Dari awal lagu ini keluar, tahun 2008, sampai sekarang gak pernah bosan untuk mendengarkan. Dan setiap kali dengar, feel-nya juga masih sama. Trenyuh dan pengen nangis. Terkadang juga sampai nangis beneran. Teringat betapa baiknya Tuhan sama saya. Sementara saya, masih saja menjadi hambaNya yang nakal dan susah diatur. Masih saja sering nanya, kenapa begini begitu? Kenapa harus begini begitu? Padahal saya sudah begini begitu. Yang tentu saja, saya sudah sangat tahu jawabannya "Ini yang terbaik buat kamu, nduk". Tapi masih saja menuntut jawaban yang lebih.

Seandainya saja ya, manusia bisa berhenti pada satu jawaban itu "Ini yang terbaik". Pastilah aku, kamu, dia, kita semua akan lebih tenang. Kalau istilah Belandanya "Nrimo ing pandum". Pasti dunia ini akan damai dan bersahaja. Karena semua orang sudah bersyukur, sudah merasa cukup dengan segala apapun yang diberikan Tuhan.   

Buat siapapun yang sudah menciptakan lagu ini, terima kasih. Magic banget deh nih lagu.

Selasa, 24 September 2013

Review Novel 5 CM


5 cm. Ada yang sudah baca novel atau nonton film ini? Gimana menurut kamu? kalau saya kecewa. Iya, saya kecewa sama filmnya. Jauh banget dari imajinasi saya saat membaca novelnya. Banyak dialog bagus yang justru dilewati. Seorang Riani yang harusnya pakai kacamata. Beberapa tokoh juga tidak ditampilkan. Ending-nya pun berbeda dengan novelnya. Belum lagi quotes dan penggalan lirik lagu yang gak dijumpai di film. Para pemainnya sih sudah bagus. Karakternya sesuai lah. Kurangnya ya itu, Riani gak pakai kacamata. Jadi kan gak terlalu kelihatan pinternya.

Tapi kali ini saya gak akan nge-review filmnya. Saya lebih tertarik dengan novelnya. Novel karya Donny Dhirgantoro ini memang jempol. Anak muda banget. Tapi gak alay macam cerita putih abu-abu gitu. Alurnya mengalir renyah. Bahasa yang digunakan juga anak muda banget. Isinya berbobot –ini yang tidak sepenuhnya ditampilkan di film–. Pesannya sederhana tapi ngena. “Keep our dreams alive… and we will survive”. That’s.

Pesan yang sederhana itu dibungkus dengan cara yang berbeda. Melalui persahabatan 5 orang yang berbeda karakter, tapi toh mereka selalu saling mengerti. 5 anak muda yang idealis dengan prinsip hidup masing-masing. Arial yang atletis, gak banyak omong, dan apa adanya. Riani yang cantik, cerewet, cerdas dan tomboy tapi lembut. Zafran yang kurus, anak band, grafis desainer, dan sok-sokan jadi penyair. Ian yang gendut, pecinta MU, mi instan addict, kolektor VCD bokep, hobbi fotografi, dan tergila-gila sama Happy Salma. Genta, laki-laki yang nyaris sempurna.

5 anak muda –ditambah 1, Arinda, adiknya Arial– yang sedang bergerak untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Mendaki untuk sampai di puncak tertinggi. Dan puncak itu diwakili oleh Mahameru. Bagaimana jatuh bangunnya meraih mimpi, itu digambarkan dengan bagaimana sulitnya mencapai puncak Mahameru. Dan bagaimana ceritanya? Saya rekomendasikan untuk membaca novelnya sendiri. Dijamin gak ngebosenin. Kamu bakal jungkir balik, gara-gara emosi kamu diaduk-aduk sama penulis.

Buat saya, membaca 5 cm ini bukan hanya sekedar membaca novel. Novel ini mengajak saya untuk menjelajah Mahameru. Mengajari saya cara mencintai tanah air dengan cita rasa yang berbeda. Bagaimana menerima perbedaan dalam bersosialisasi? Banyak ilmu yang bisa saya ambil dari novel ini. 5 cm itu sebenarnya hanya idiom. Bahwa kita harus tetap meletakkan impian kita tepat di depan kening kita, agar tak pernah terlepas oleh mata.

Dan ini saya sertakan beberapa dialog, quotes dan penggalan lirik lagu favorit saya di novel 5 cm:
  • “Semua pada akhirnya menumpuk dalam keranjang dharma kamu, menumpuk tinggi, menunggu untuk diberikan ke kamu, dan akhirnya Yang Mahakuasa memberikannya kepadamu dengan berbagai cara yang DIA mau. Salah satunya dengan ketemu Mas Fajar sore itu. Saya, semenjak kamu cerita, sudah nggak percaya kalau Mas Fajar adalah satu kebetulan. Mas Fajar adalah perantara yang dikirim untuk membalas dharma kamu. Semua usaha kamu selama ini, semua yang telah kamu tanam akhirnya kamu petik.”
  • You are the universe... You're the driver, not a passanger in live... And when you're ready, you won't have to try 'cause... You are the universe and there ain't nothing you can't do... If you conceive it, you can achieve it... That's why I believe in you.
  • Look at the stars, look how they shine for you and everything you do... they were all yellow.
  • Sebaik-baik manusia, adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
  • "...Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan... sehabis itu yang kamu perlu... cuma..." - "Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas" - "Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja..." - "Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya" - "Serta mulut yang akan selalu berdoa".
  • "Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seongok daging yang hanya punya nama..."

Rabu, 18 September 2013

Ulang Tahun



Hari ini Ribi ulang tahun. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ribi selalu merayakan hari lahirnya dengan acara syukuran di rumahnya. Bersama keluarga dan orang-orang terdekatnya. Kali ini, tidak ada kue tart atau blackforest seperti biasanya. Ribi hanya memesan nasi kuning berukuran sedang dari Lena, teman Ribi yang punya usaha catering. Dan beberapa cemilan yang Ribi pesan dari pedagang di pasar.

Ba’da magrib, keluarga dan kerabat sudah berkumpul. Mereka duduk lesehan. Ribi diapit kedua orang tuanya berada di ujung. Tidak ada lagu Panjang Umurnya atau Happy Birthday. Ayah Ribi mulai membaca do’a. Dan yang lain mengamini. Sejenak Ribi menutup mata. Menyatukan kedua telapak tangannya. Dan megangkatnya ke depan. Dekat jantung, di bawah dagu. Kepalanya menunduk. Dia melakukan semacam wishing sebelum memotong pucuk nasi kuning.

Ribi tampak bahagia berada di antara orang-orang yang menyayanginya. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa saat itu hati Ribi menangis. Hanya Debora, yang tadi sempat melihat Ribi menyeka air mata saat berada di kamar. Bahkan Audy pun terkecoh dengan canda tawa dan omelan-omelan Ribi. Apalagi orang tuanya. Saat berada di rumah, Ribi tidak pernah memperlihatkan kesedihan. Ribi ingin, yang orang tuanya lihat hanya Ribi yang bahagia dan tidak kurang satu apapun.

Saat semua orang sibuk menikmati hidangan yang disediakan, Debora mendekati Ribi. Dia memeluk Ribi, seraya membisikkan kalimat di telinga Ribi. “Bi, Selamat ulang tahun ya. Semoga panjang umur, bahagia selalu. Sabar ya. Yakinlah semua pasti akan berlalu. Itu kan yang selalu lu bilang kalo gue lagi down?”.

Ribi terharu. Bibirnya tersenyum. Tapi matanya memanas. Air matanya sudah menumpuk di ujung. Siap terjatuh sekali saja tuannya memejamkan mata. “Thank’s ya Deb. Gue bahagia punya lu semua.” Jawab Ribi dengan suara yang begitu berat dan pelan.

Audy yang sedari tadi memperhatikan adegan drama mereka, mendekat dan ikut memeluk Ribi. “Happy birthday, dear. Semoga, apapun yang lu mau bisa lu raih. Bahagia selalu.” Kemudian mereka bertiga berpelukan. Pelukan hangat persahabatan.

Di ulang tahun kali ini, tidak banyak catatan di daftar permintaannya. Ribi merasa hidupnya sudah sangat diberkahi. Ribi punya orang tua, keluarga, pekerjaan, sahabat, teman, dan kehidupan yang sudah bisa membuat orang lain iri melihatnya. Hanya satu yang belum Ribi punya. Pasangan hidup. Dan setiap kali berhadapan dengan tema seperti ini, Ribi selalu menciut. Hatinya kelu. Itu mengingatkannya kembali dengan Kala. Seorang laki-laki yang pernah mengisi hari-harinya di masa lalu. Itu artinya, dia harus bergulat lagi dengan perasaannya yang masih terasa nyeri sampai hari ini. Semua usaha yang Ribi lakukan untuk mengusir Kala dari hatinya akan terlihat sia-sia. Dan Ribi benci dengan situasi seperti ini.

“Kala. Seandaninya hari ini kamu hadir di sini. Meminta maaf sekali saja. Mungkin aku akan melupakan semuanya. Sakit hatiku masih terlalu lemah untuk melawan rasa cintaku.” Jerit hati Ribi di tengah keramaian yang melingkupinya. Iya, Ribi hanya bisa berandai-andai. Ribi sadar, saat ini Kala sudah tidak mungkin bersamanya. Kala sudah bahagia dengan orang lain. Seperti Kala, Ribi juga ingin bisa berbahagia dengan orang lain. Tapi sayang, masih sulit bagi Ribi untuk berpindah ke hati yang lain. dari sekian laki-laki yang mendekati. Belum ada satupun yang mampu menaklukan hatinya.

Quote : Ini tidak semudah memindahkan panci dari satu kompor ke kompor lain.

Dia Sahabat ...

Waktu SD, saya sering mendengar istilah sahabat pena. Suatu istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan persahabat jarak jauh (red: LDR) pada masa postcard dan perangko masih beken. Sebelum telefon, HP, atau warnet menjamur dimana-mana. Persahabatan yang terjalin hanya melalui surat-menyurat. Bertukar kabar dan pengalaman melalui tulisan dari pena. Bukan hasil pencet-pencet keyboard seperti sekarang. Dan saat ini, saya merasa punya semacam sahabat pena. Tapi saya dan dia tidak berhubungan melalui surat. Melainkan via social media yang tersedia di internet. Jadi, lebih tepatnya disebut  online friend of mind kali ya?

“Nona Barca! Yey hehee”. Itu sapaan dia pertama kali saat membuka obrolan di chat facebook.

Rasanya gimana gitu, tiba-tiba dapat sapaan dari seorang penulis yang sudah melahirkan banyak anak. Eh, maksud saya buku. Meskipun, saya belum pernah membaca bukunya hehe. Saya hanya, kadang-kadang membaca postingan-postingan dia di twitter atau blog. Dan itu sudah cukup untuk menyimpulkan kalau dia orang yang cerdas dan peduli dengan lingkungan –semoga kesimpulan saya ini gak meleset yes? ^^–.

Awal perkenalan yang aneh. Entah dapat wejangan dari mana? Tiba-tiba dia menantang saya untuk membuat sebuah tulisan. Waktu itu saya tidak menolak, tidak juga mengiyakan. Saya hanya bilang “Siap. I’ll try my best”. Karena saya sadar diri, saya tidak bisa menulis dengan baik. Saya hanya bisa cerita. Alhasil, cerita itu saya tuangkan ke dalam tulisan –sama saja Ye, pada akhirnya tetap tulisan­–.

Selang 3 minggu kemudian, akhirnya tulisan itu rampung juga. Bak seorang murid, saya menyodorkan tulisan itu kepada Pak Guru untuk mendapatkan penilaian. Saya pasrah, mau dinilai seperti apapun terserah. Toh dari awal saya sudah bilang “saya tidak pintar menulis”. Tapi di luar dugaan, dia memberikan komentar yang positif terhadap tulisan saya. Kaget. Gak percaya. Masa’ sih tulisan kayak gitu dibilangnya bagus, narasinya lancar, dan seru. Hanya EYD-nya harus dibenahi. Sempat sih, bertanya dalam hati “Mas, itu komentar beneran atau sekedar nyenengin aja?”.

Whatever. Apapun komentarnya, yang pasti sejak saat itu, saya jadi semangat menulis. Dan yang gak kalah pentingnya, saya punya seorang mentor. Ya, awalnya saya hanya menganggap dia seorang mentor. Tapi lama-lama, obrolan kita semakin mbleber kemana-mana. Dari masalah penting, gak penting, sampai gak penting banget. Dan berlahan-lahan, level dia mulai beranjak naik dalam social relationship chart saya –bhehehe.. gaya–. Dari kenalan, teman, kemudian bisa dikategorikan sebagai sabahat. Sahabat yang menyenangkan. Yang bisa membuka pikiran saya, bahwa hidup bukan hanya melulu soal cinta dan galau. Bahwa, di sekeliling kita masih ada manusia, binatang, tumbuhan yang juga perlu kita perhatikan. Sahabat yang memaksa saya untuk terus menggerakkan otak, belajar banyak hal baru.

Saya dan dia memang belum pernah bertemu. Hubungan kami hanya sebatas di social media atau SMS. Lewat telepati juga kadang-kadang. Beberapa kali kami merencanakan pertemuan, tapi belum juga bisa. Jarak, waktu, dan kesibukan menjadi alasan paling klise untuk menutupi ego kami masing-masing. Sehingga sampai sekarang kami belum bisa bertemu.

Dan hari ini, sebelum pertemuan itu terjadi, dia sudah harus bertolak ke Turki demi sebuah misi pendidikan. Dekat sih, jaraknya kurang dari 1 jengkal. Dilihat dari google map. Rasanya sedih, harus berpisah dengan seorang teman yang menyenangkan.

Ya, semoga saja tulisan ini bisa menjadi kenangan yang dia bawa ke Turki. Menjadi teman, saat dia butuh teman. Dan menjadi pengingat, bahwa dia punya sahabat di sini.

Dan.. Hei, kamu. Semoga betah di sana. Baik-baik. Kuliah yang bener. Semua target-target yang disusun bisa tercapai. Nanti kalo sudah kembali ke tanah air bisa menjadi orang yang lebih, lebih, dan lebih bermanfaat. Kalo ada waktu sapa-sapa yes! Goodluck, take care, Allah bless you. I still hope that we’ll meet in real life someday. Satu lagi nih, hadiah untuk teman di perjalanan. sebuah lagu “Dia Sahabat”. Enjoy please :D

Senin, 09 September 2013

Yang Heboh, Yang Heboh

Hari minggu yang absurd. Se-absurd berita-berita acara gossip di TV. Pagi-pagi stalk timeline, isinya berita tentang Si Dul yang kecelakan. Lanjut nonton TV, beritanya masih seputar Si Gotik yang kena tipu. Malamnya, heboh lagi soal Miss World. Tapi menarik juga sih untuk dibahas.
  • Zaskia Gotik kena tipu
Si Gotik tunangan sama [katanya] pengusaha kaya. Eh, ternyata cuma seorang penipu. Ya udahhh... Gak usah dipanjang-panjangin lagi. Kasihan juga Si Gotiknya kan? Sudah Jatuh, dilemparin batu pula. Hatinya si Gotik tu lagi hancur. Malah media dengan kejamnya meng-ekspose melulu. Nanya ini itu melulu. Terus kapan Si Gotiknya bisa move on? -kemudian ada yang nyamber, "itu kan resiko dia jadi artis! Dan pekerja media juga butuh makan!".- Oh, okey...
  • Si Dul, putra Ahmad Dani kecelakaan
Nah, yang ini agak seru. Si Dul yang baru berusia 13 tahun mengalami kecelakaan mobil di Tol Jagorawi pukul 01.00 WIB saat perjalanan pulang setelah mengantar pacarnya. Si Dul ini ya, KTP belum punya -apalagi SIM- udah main kebut-kebutan aja di jalan tol. Tengah malam pula. Bocah usia 13 tahun, jam segitu pantesnya kan udah mimpi indah di rumah ya? Saya aja waktu umur 13 tahun masih mainan boneka. Masih sibuk mengejar nilai-nilai pelajaran di sekolah. Lha, yang ini sudah kelayapan sama pacarnya sampe tengah malam. "Trend pergaulan tahun 2013, Ye! | Bisa jadi -____-"
  • Pro Kontra Miss World
Di Indonesia ini ya, apa sih yang gak menjadi pro kontra? Kayaknya semua masalah emang di-setting untuk di-prokontra-kan. Termasuk kontes kecantikan Miss World ini. Ada yang pro. Ada yang kontra. Kalau saya mah, milih netral aja.

Pihak-pihak yang kontra pada keberatan kalau kontes ini mengadakan sesi mengenakan busana pantai (baca: bikini). Keberatan kalau ada pengukuran alat-alat vital perempuan. Dan hal-hal itu sudah ditiadakan sama panitia. Jadi, selesai dong masalahnya? Belum.

Masih ada juga yang keberatan, karena ajang semacam ini dianggap hanya mengeksploitasi perempuan. Hellow!!! Coba tanya deh sama seluruh finalis Miss World, ada gak yang merasa dieksploitasi? Kalau saya sendiri lebih melihat ke proses kreatifitasnya. Perempuan, sama seperti saya juga, butuh ruang untuk mengekspresikan diri. Dan ajang-ajang semacam ini adalah salah satu wadah. 

Sebenarnya ya, kalau yang jadi permasalahkan adalah soal busana. Coba tengok sebentar budaya-budaya kita. Misal, orang jawa dengan kebaya dan kembennya. Bayangin, kalau model kebaya harus gombor-gombor gitu. Kan gak asyik juga dilihatnya. Ntar jadinya khaftan dong. Kemben juga. Masa iya, penari-penari daerah itu harus pake gamis saat nari. Kan tariannya jadi gak keren juga.

Well, mari cinta damai aja lah. Semua agama juga mengajarkan yang demikian kan? Yang suka ya silakan lihat. Yang gak suka ya tinggal pindah channel aja. Gak perlu nyebarin kecoa. Yang ada malah membuat kita terlihat idiot di mata dunia. 

Sekian yang dapat saya laporkan langsung dari lokasi kerja Yuyun. Indonesia bagian Pringapus. Terima kasih.

Kamis, 05 September 2013

Namanya Juga Hidup..

Yach, namanya juga hidup. Kalau mengutip kata mas @edi_akhiles “tidak semua orang suka sama kita, sebagaimana tidak semua orang benci sama kita. Ada yang suka, ada yang benci. Sunatullah itu”.

Di manapun kita berada, akan selalu ada orang-orang yang Tuhan kirim untuk menguatkan kita. Tentunya, dengan berbagai cara. Ada yang dengan cara mencintai dan menyayangi kita. Ada juga yang dengan cara tidak menyukai kita. Tujuannya sama, untuk menguatkan.

Kalau yang mencintai sih, sudah pasti enak, membahagiakan. Nah, kalau yang dengan cara tidak suka itu. Siapin freezer saja deh, untuk mendinginkan hati dan pikiran kalau sewaktu-waktu dia berulah. Untuk orang yang maha cuek macam saya, mungkin diserang seperti apapun akan diam dan tutup telinga, pura-pura gak dengar –etapi kadang-kadang kepikiran juga dink–. Tapi untuk orang yang touchy kan bisa berabe. Bisa gak betah, gak nyaman, balik benci dan dendam, dan parah-parahnya bisa desperate juga.

Ada kok segelintir orang yang juga gak suka melihat kenyamanan kita. Suka cari-cari kesalahan kita. Menyerang secara langsung dan tidak langsung. Ada! Kalau diserangnya langsung sih masih mending. Sekalian ngerti gitu. Nyeseknya sekali. Perbaiki diri, habis itu selesai. Tapi kalau diserangnya secara gak langsung kan nyeseknya bertubi-tubi. Apalagi kalau beraninya nyerang cuma lewat sindiran, umpatan di belakang, dan jilatan. Sebel banget nih sama model orang kayak gini. Mau diladenin juga percuma, “just degrade the quality of our self in stupid way” kata @Viiholic sih gitu. Kalau ngeladenin orang macam gitu kan sama saja kita mengakui tuduhan-tuduhan mereka. Pppfff.

Mau gak mau ya diam saja lah. Pada akhirnya tetap “biarkan anjing menggonggong, ntar juga capek sendiri”. Kalau gak mau capek dan kehilangan banyak tenaga dengan sia-sia, ya jangan menggonggong lah. Gak enak didengerin. Kalau ada masalah sama orang ya dibicarakan baik-baik. Face to face. Heart to heart. Kalau masih gak bisa, ya mediasi melalui pihak ketiga yang kompenten. Sebelum berkomentar lihat diri sendiri dulu juga. Jangan sampai komentar kita malah jadi bumerang.

Wassalam...