Senin, 21 Oktober 2013

Celotehku Tentang [yang katanya] Penjajahan Budaya

Setiap pagi saya selalu mendengarkan lagu-lagu CNBLUE. Itu band asal korea selatan yang hampir semua lagu-lagunya saya suka. saya juga seringkali menghabiskan waktu malam dengan menonton drama korea yang sudah jadi penghuni tetap di HD labtop. Saya suka dengan fashion ala-ala korea. Sederhana, tapi enak dilihat. Saya juga banyak belajar make up dari tutor korea yang tersedia di youtube. Terus, apakah saya bisa disebut sebagai korban budaya korea? Menurut saya, enggak. Saya memilih itu itu semua dengan sadar, karena saya suka. Karena saya nyaman. Bukan karena ikut-ikutan trend demam korea. Atau karena terhipnotis sama wajah-wajah bening orang korea. saya tahu kok, kebanyakan wajah bening mereka itu palsu. Hasil rekaan belaka.

Sebagai warga negara indonesia yang lahir, tumbuh, dan mungkin akan mati di tanah air ini, dengan bangga saya mengatakan “saya sangat mencintai tanah air ini. Indonesia.” saya mencintai tanah air ini dengan segala keindahan dan kebobrokannya. Apa yang saya makan dan minum berasal dari tanah air ini. Menghirup udara di sini. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mencintai tanah air ini.

Tapi mencintai tanah air beserta segala budaya yang terkandung di dalamnya, bukan berarti saya harus anti terhadap budaya negara lain kan? Misalnya Korea itu tadi. Saking sukanya dengan budaya korea, saya sempat belajar menulis dan membaca huruf hangul. Sempat ingin sekali berkunjung ke Korea Selatan. Ingin belajar lebih banyak tentang pola kehidupan dan pengelolaan negara di sana.

Satu pertanyaan yang sering berputar-putar di kepala saya adalah, kenapa Korea Selatan negara kecil begitu bisa semaju itu? Secara geografis, bila dibandingkan dengan indonesia, Korea Selatan itu tidak ada apa-apanya. Saya pernah mendiskusikan ini dengan guru IPS di sekolah. Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan di sini.

Saya ingin menyampaikan, bahwa keberhasilan penjajahan budaya terhadap suatu negara itu bukan sepenuhnya karena usaha negara penjajah. Negara yang dijajah pun ikut andil menyukseskannya.

Contoh...

Serial kartun Upin Ipin sukses di Indonesia. Kita menyebutnya sebagai strategi penjajahan bahasa. Jangan hanya melihat itu. Tapi lihat, apakah kita bisa memberikan tayangan yang sebagus itu untuk anak-anak Indonesia? Yang nilai edukasi memang rasa anak-anak? Big no! Selama ini saya hanya melihat tayangan anak-anak yang nilai edukasinya jarang sekali dipikirkan. Bahkan terkesan dikesampingkan. Sinetron anak-anak kita ceritanya terlalu monoton. Anak yang disiksa orang tuanya lah. Anak yang di-bully sama teman-temannya lah. Sisi edukasinya dimana? Kalau saya jadi orang tua pun, saya tidak akan menginjinkan anak saya untuk menonton acara-acara semacam itu.

Saat kita menonton film superhero dari amerika. Kita bilang itu sebagai penjajahan karakter. Amerika ingin dianggap sebagai negara paling hebat di dunia, karena mampu menciptakan superhero. Mereka ingin menanamkan hal tersebut di otak kita. Well, mungkin pendapat seperti itu masuk akal juga. Tapi introspeksi dulu lah diri kita. Kalau saya pribadi, ya tentu saya lebih suka menonton film-film dari luar itu dari pada sinetron-sinetron kita yang komersilnya sudah tingkat dewa itu. kalau memang kita keberatan dengan tontonan-tontonan macam itu, ya buatlah karya lain yang lebih atau minimal bisa mengimbanginya.

Dan saat kita punya film The Raid yang sukses di luar negeri, kita malah berprasangka buruk lagi dengan orang luar. Ada yang beropini bahwa melalui The Raid, Amerika ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang sadis. Ya Tuhan!

Terus, masih ingat sama tayangan X-Factor Around The World? Saat Ahmad Dhani terbata-bata berbahas inggris? Banyak banget yang melontarkan bully-an ke Ahmad Dhani. Padahal menurut saya tidak ada yang salah dengan sikap Ahmad Dhani. Ya, wajarlah. Dia kan orang Indonesia asli yang tidak diwajibkan untuk menguasai Bahasa Inggris. Justru orang luar yang datang ke kita itulah yang seharusnya menghargai Bahasa kita. Saat melihat orang eropa tidak bisa berbahasa Inggris, kita selalu bilang “itu namanya cinta bahasa”. So, kenapa itu tidak diterapkan di negara sendiri?

Pun, saat ada yang tergila-gila dengan K-Pop. Kita anggap itu ababil. Hanya ikut-ikutan biar dibilang gaul. Ealah, lalu bagaimana dengan yang gila sepakbola? Belum pernah saya mendengar hal itu disebut aneh.

Kemudian saat ada budaya indonesia yang go internasional, kita bilang, kita bangga. Tapi sebagian ada yang bilang itu ciri-ciri bangsa minder. Lha terus, harus gimana? Bangga terhadap budaya sendiri salah. Mengagungkan budaya negara lain apalagi.

Ya gitu deh. Kadang kita itu terlalu sibuk mendikte dan manyalahkan negara lain. Sampai kita sendiri lupa untuk berbenah. Ayolah, jangan hanya menyalahkan mereka jika budaya mereka semakin diterima oleh masyarakat kita. Tapi coba tanya, ada apa dengan kita? Kenapa budaya kita tidak lagi diminati bahkan oleh masyarakat sendiri?

Hanya celoteh pribadi perempuan yang lagi selo

3 komentar:

  1. sekarang logikanya begini. Kalo loe udah suka sama budaya korea SEBELUM mereke booming, itu artinya loe TIDAK ngikutin trend. tapi kalo sebaliknya ya berarti loe ikut ikutan. tapi gue yakin 99% orang Indonesia PASTI gila sama budaya korea setelah mereke nge hyped.

    memang "keberhasilan penjajahan budaya bla bla bla" adalah bener. tapi bukan berarti itu jd alasan buat menggadaikan budaya sendiri kan? SUKA dan OBSESI itu berbeda walaupun katanya kpop fans mereka bukan "korban". also, kita sharing budaya keluar negeri baru hanya sebatas "promosi" dibanding korea yg melakukannya secara LUAR BIASA INTENS. jadi dari sini udah jelaskan perbedaannya sharing cultures sama overtaking cultures?

    kenapa South Korea maju? pasti sebagian dari kita berpikir karena mereka pintar dsb, tapi kenyataannya PERAN AMERIKA ga lepas dari itu. karena waktu zaman wwII north korea adalah jajahan soviet dan south korea adalah jajahan amerika. kalo ga percaya liat aja military base nya amerika di korea selatan. Amerika sengaja menjadikan Korea dan Jepang sebagai kaki tangan mereka di asia untuk mengimbangi kekuatan China.

    and the last but not least,also THE MOST RIDICULOUS ONE adalah gila bola jg termasuk gila culture negara lain? EMANGNYA SEPAKBOLA HANYA MONOPOLI SATU NEGARA AJA??????!!
    gue tahu kalau kulitas hiburan dalam negri buruk luar biasa, tapi itu BUKAN alasan untuk TEROBSESI dgn budaya negara lain. tapi yakin loe ga terobsesi???? because I doubt it. karena dari setiap kata di artikel ini mengandung kalimat pembelaan yang defensif. simplenya BELAIN KOREA BANGET. tapi apa yg gue harepin dari seorang korean freak? ga ada yg mengharapkan Indonesia dijajah budayanya oleh korea selain korean freak itu sendiri. so please.... just admit it. GA USAH MUNAFIK. akan lebih melegakan buat Anti-Korean freak dari loe gembar gembor "bukan fanatik" tapi ngebelainnya keliatan banget.

    BalasHapus
  2. dan gue tau loe ga bakal meloloskan komentar jadi FUCK YOU HYPOCRITE BITCH!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini, saya klik tombol publikasi :)
      Semoga, kelak kita bisa ketemu, ngobrol sambil ngopi-ngopi cantik. :V

      Hapus