Rabu, 26 Agustus 2020

Jodoh 5: Doa

Percayalah pada kekuatan doa. Apalagi doa yang berulang-ulang. Bukankah apa pun yang sekarang ada pada kita ini adalah hasil dari doa-doa di masa lalu? Itu juga yang ku lakukan ketika sedang meminta jodoh pada Tuhan. Berdoa seseringnya. Berdoa mohon yang sebaik-baiknya. Dan tentu dengan kesungguhan yang luar biasa.

Jauh sebelum ketemu Mas Anang, setiap harinya ku selalu berdoa. Selalu. Gak pernah alpha. Setiap hari mengulang doa yang sama. Kata yang sama. Semoga kelak dijodohkan dengan orang yang begini begini begini. Yang baik, yang sholeh, yang ganteng, yang kaya, dan lain sebagainya.

Gimana caranya supaya bisa mengucapkan doa yang sama secara konsisten? Tulis!

Tulis hal-hal yang diinginkan dalam selembar kertas. Sedetail mungkin. Tempel kertas di sudut yang sering terlihat oleh mata. Setiap kali melihat kertas tersebut, baca! Itu yang kulakukan. Gak cuma sebulan dua bulan kertas yang tertulis tentang bagaimana jodoh yang kuinginkan tertempel di lemari dekat kasur. Bertahun-tahun. Iya, selama bertahun-tahun aku merapalkan doa yang sama setiap harinya. Bertahun-tahun, sodara-sodara...

Lalu, apa semua yang tertulis di kertas itu ada pada Mas Anang sekarang? No. Tapi, aku berani bilang 80% yang kuminta, aku menemukannya di diri Mas Anang.

The power of praying.


***

Ini pertemuan kami yang ketiga dalam kurun waktu sepuluh hari. Kalau dirata-rata, berarti setiap tiga hari sekali kami bertemu. Lumayan sering lah untuk tahapan PDKT. Yang membuat berbeda di pertemuan kali ini adalah today is my day. Hari lahirku. Pas mau dijemput, gak ada pikiran apa pun tentang apa yang akan dia lakukan di hari ulang tahunku ini. Lha, gimana, orang ngakunya cinta, tapi dari pagi ngucapin selamat ulang tahun aja enggak. Segakromantis-romantisnya dia, masak ngucapin ulang tahun aja gak ada inisiatif. Lak yo aku dadi piye ngono to.

Kalau aku cinta sama orang, ini kalo aku, ya... Aku akan selalu jadi orang pertama yang ngucapin selamat ulang tahun ke dia. Akan selalu menjadi orang pertama yang ada kapan pun dia butuh. Dan akan menjadikan dia orang pertama yang tahu segalanya tentangku. Tapi, cara mengungkapkan rasa cinta setiap orang kan berbeda. Jadi, gak semua-muanya harus sama kayak aku atau kamu.

Balik lagi ke pertemuan. Di sore yang cerah, dia tiba. Langsung capcus. Psttt... Ternyata ada yang sedang berusaha ngasih surprise. Ketika buka pintu mobil, udah ada sebuket mawar merah di kursi penumpang. Mawar merah yang kapan lalu pernah jadi bahan obrolan. Eh, tahunya dikasih sama dia di hari ulang tahun. Seneng, sih, tapi tetep sok cool dong. Jaim.

Dulu gitu. Kode-kode aja dia udah nangkep. Udah peka mesti dieksekusi kayak gimana. Sekarang? Ya Rabb.. Aku minta tanpa tedeng aling-aling juga dicuekin aja. Alhasil kalo pengan kembang, mending beli sendiri. Daripada ngarep-ngarep, tapi gak dikasih-kasih. Kesel iya, capek juga. Kuncinya, if nobody treats you well, treat yourself very well. Gitu, ya, kawan-kawan yang senasib denganku.

Lanjut ke surprise berikutnya, ah. Pas di tempat makan tiba-tiba ada kue ulang tahun terbang. Eh, gak gitu, ding. Yang bener, ada mbak-mbak yang tiba-tiba datang dengan membawa kue ulang tahun sambil nyanyi lagu Happy Birthday. Ya Allah... ini awkward moment banget. Udah setua ini masih dikasih kejutan begitu. Tapi, seneng kok. Kalo dikasih surprise begitu lagi, aku gak mau.... gak mau nolak! Mas, kalo kamu baca, tolong ini digarisbawahi, ya!

Kejadian terakhir di hari ini yang lumayan bikin terkejut  yaitu saat sudah berada di rumah. Pas dianter pulang. Ini pertama kalinya ku ngajak dia masuk rumah. Di pertemuan-pertemuan sebelumnya, paling pol hanya sampai depan rumah. Cuma nurunin aja. Abis itu bye. Kali ini niat hati ingin mengenalkannya pada orang tua. Ben ora dibatin wae. Biar orang tua tahu selama sepuluh hari ini anaknya sering pergi sama siapa? Jadi, kalo ada tetangga yang gak enak omongannya, orang tuaku woles aja.

Singkat cerita mereka kenalan. Tentu, tanpa aku ikut campur dalam pembicaran antara calon mertua dan calon mantunya. Dari dalam kamar, samar-samar aku mendengar seorang lelaki muda berkata, "Pak, kulo niku ajeng serius kalih Dek Yuyun."

Ya Allah "Dek". Ini pertama dan terakhir kalinya Mas Anang manggil aku Dek. Pengen ketawa, tapi kok kasihan sama dia yang pasti sedang deg-degan di luar sana. kwkwkw....

BTW, Thankyou, ya, Mas.. Udah ngasih memori baik banget di hari ulang tahunku. Makasih untuk kado terindahnya. Berupa kehidupan bersama.