Sabtu, 06 Juli 2013

Ajaib, Cara Tuhan Mengajariku Ikhlas

Rabu, 3 Juli 2013


Hari ini saya melewati satu pelajaran hidup berharga yang nampol banget. 


Ceritanya, saya kehilangan, no no, bukan kehilangan tapi ketinggalan. Iya, dompet saya satu-satunya, tempat di mana seluruh harta benda yang saya punya berada, sore ini sekitar jam 17.00 Waktu Indonesia Bagian Kartosuro tertinggal di mushola salah satu SPBU di daerah itu. Dompet berisi uang tunai yang jumlahnya lumayan lah, buku tabungan, kartu ATM, E-KTP, dan kartu-kartu lainnya itu terlewat masuk ke tas begitu saya selesai melaksanakan sholat ashar. 

Saya sama sekali tidak sadar, jika dompet itu tertinggal. Yang saya rasakan, semenjak keluar dari area SPBU, selama perjalanan hati saya mendadak galau. Diliputi perasaan aneh. Tiba-tiba deg-degan, badan panas, sampai-sampai pengen nangis. Seperti biasa, hal yang selalu saya lakukan di saat perasaan diserang gundah gulana tak beralasan adalah meletakkan telapak tangan pada dada dekat jantung. Kemudian membaca al fatihah yang diulang 3 kali pada bagian “iyakana’budu wa iyakanashta’in” sambil menutup mata. Allahu akbar, berulang kali saya rapal agar hati saya tenang. Berusaha pasrah pada Tuhan, jika memang terjadi sesuatu.

Sampai di rumah makan berikutnya, saat akan melaksanakan sholat magrib, saya kembali berceloteh “bu, kok perasaan saya masih gak enak ya. Deg-degan gitu.”

Dan benar saja, ketika berada di kasir, berniat membayar belanjaan untuk oleh-oleh, saya membuka tas dan mencari dompet. Ternyata sudah tidak ada. Saya langsung panik. Saya minta tolong kepada supir yang kebetulan teman saya untuk mencarikan dompet di mobil. Siapa tahu jatuh di sana. Dan hasilnya nihil. Seisi ruang di mobil sudah diacak-acak, dan dompet belum ditemukan juga.

Otomatis, pikiran saya pun flashback merunut memory sepanjang perjalanan. Di sini, saya ingat bahwa tempat terakhir saya memegang dompet adalah kamar mandi SPBU saat membayar uang kebersihan. Kemudian, saya menyimpulkan bahwa dompet itu tertinggal di mushola SPBU.

Beberapa saat saya merasa lemes. Panik. Gak tau mau ngapain. Masih shock. Kok bisa sih Yuyun seceroboh ini [lagi]? Dulu yang ketinggalan peralatan mandi. Dan sekarang dompet. Ah, entahlah. Sama sekali gak bisa mikir apa-apa lagi. Sementara teman-teman yang lain pada ngomong ini itu, saya sudah gak peduli. 

Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang saja. Balik ke SPBU juga percuma. Kemungkinan dompetnya masih berada di tempat juga sangat kecil. “kalau memang rejeki gak akan kemana mbak. Pasti balik,” ucap Ibu Kepsek yang berusaha menenangkan saya.

Kemudian saya ambil langkah pertama, yaitu menelfon pihak Bank agar memblokir ATM. Setelah itu, ya sudahhh. Pasrah. Dan ajaib, selang beberapa waktu saja perasaan saya sudah kembali normal. Gak ada galau dan deg-degan lagi. Ikhlas. Wis, cuma itu saja yang saya rasakan. Kemudian saya memposting tentang kehilangan ini di twitter. Ya, siapa tahu aja. Kalau-kalau ada orang baik yang menemukan dan baca postingan ini langsung quick response.

Dan sekali lagi Tuhan menunjukkan kebesaranNya. Tidak sampai sejam setelah postingan itu terbit, ada yang mention saya. Memberitahukan bahwa dompet saya ada di mamanya dia. Rasanya legaaa bangettt. 


Dari sinilah, saya belajar ikhlas. Apapun itu yang terjadi pada kita adalah atas sepengetahuan Tuhan. Tuhan yang memberi ijin untuk itu terjadi. Kalau memang itu masih rejeki kita, pasti akan kembali. Kalau tidak, mau dikejar seperti apapun ya tidak akan kita miliki. Ini juga berlaku untuk yang lain, bukan hanya harta benda.

Dan ajaibnya lagi, setelah kejadian ini, saya justru merasa lebih bisa mengikhlaskan hal lain yang memang butuh keikhlasan yang luar biasa. “Mungkin inilah cara Tuhan mengajari keikhlasan pada hati saya.” Itulah yang ada di pikiran saya saat ini. 

Sekarang dompet itu masih berada di Jakarta. Dibawa sama orang baik hati yang menemukannya. Senin besok InsyaAllah mau dipaketkan ke saya. Terima kasih kepada Tante Irna sekeluarga, yang sudah bersedia direpotkan mengurus dompet itu. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan Tante. Aminnn yra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar