Rabu, 18 September 2013

Dia Sahabat ...

Waktu SD, saya sering mendengar istilah sahabat pena. Suatu istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan persahabat jarak jauh (red: LDR) pada masa postcard dan perangko masih beken. Sebelum telefon, HP, atau warnet menjamur dimana-mana. Persahabatan yang terjalin hanya melalui surat-menyurat. Bertukar kabar dan pengalaman melalui tulisan dari pena. Bukan hasil pencet-pencet keyboard seperti sekarang. Dan saat ini, saya merasa punya semacam sahabat pena. Tapi saya dan dia tidak berhubungan melalui surat. Melainkan via social media yang tersedia di internet. Jadi, lebih tepatnya disebut  online friend of mind kali ya?

“Nona Barca! Yey hehee”. Itu sapaan dia pertama kali saat membuka obrolan di chat facebook.

Rasanya gimana gitu, tiba-tiba dapat sapaan dari seorang penulis yang sudah melahirkan banyak anak. Eh, maksud saya buku. Meskipun, saya belum pernah membaca bukunya hehe. Saya hanya, kadang-kadang membaca postingan-postingan dia di twitter atau blog. Dan itu sudah cukup untuk menyimpulkan kalau dia orang yang cerdas dan peduli dengan lingkungan –semoga kesimpulan saya ini gak meleset yes? ^^–.

Awal perkenalan yang aneh. Entah dapat wejangan dari mana? Tiba-tiba dia menantang saya untuk membuat sebuah tulisan. Waktu itu saya tidak menolak, tidak juga mengiyakan. Saya hanya bilang “Siap. I’ll try my best”. Karena saya sadar diri, saya tidak bisa menulis dengan baik. Saya hanya bisa cerita. Alhasil, cerita itu saya tuangkan ke dalam tulisan –sama saja Ye, pada akhirnya tetap tulisan­–.

Selang 3 minggu kemudian, akhirnya tulisan itu rampung juga. Bak seorang murid, saya menyodorkan tulisan itu kepada Pak Guru untuk mendapatkan penilaian. Saya pasrah, mau dinilai seperti apapun terserah. Toh dari awal saya sudah bilang “saya tidak pintar menulis”. Tapi di luar dugaan, dia memberikan komentar yang positif terhadap tulisan saya. Kaget. Gak percaya. Masa’ sih tulisan kayak gitu dibilangnya bagus, narasinya lancar, dan seru. Hanya EYD-nya harus dibenahi. Sempat sih, bertanya dalam hati “Mas, itu komentar beneran atau sekedar nyenengin aja?”.

Whatever. Apapun komentarnya, yang pasti sejak saat itu, saya jadi semangat menulis. Dan yang gak kalah pentingnya, saya punya seorang mentor. Ya, awalnya saya hanya menganggap dia seorang mentor. Tapi lama-lama, obrolan kita semakin mbleber kemana-mana. Dari masalah penting, gak penting, sampai gak penting banget. Dan berlahan-lahan, level dia mulai beranjak naik dalam social relationship chart saya –bhehehe.. gaya–. Dari kenalan, teman, kemudian bisa dikategorikan sebagai sabahat. Sahabat yang menyenangkan. Yang bisa membuka pikiran saya, bahwa hidup bukan hanya melulu soal cinta dan galau. Bahwa, di sekeliling kita masih ada manusia, binatang, tumbuhan yang juga perlu kita perhatikan. Sahabat yang memaksa saya untuk terus menggerakkan otak, belajar banyak hal baru.

Saya dan dia memang belum pernah bertemu. Hubungan kami hanya sebatas di social media atau SMS. Lewat telepati juga kadang-kadang. Beberapa kali kami merencanakan pertemuan, tapi belum juga bisa. Jarak, waktu, dan kesibukan menjadi alasan paling klise untuk menutupi ego kami masing-masing. Sehingga sampai sekarang kami belum bisa bertemu.

Dan hari ini, sebelum pertemuan itu terjadi, dia sudah harus bertolak ke Turki demi sebuah misi pendidikan. Dekat sih, jaraknya kurang dari 1 jengkal. Dilihat dari google map. Rasanya sedih, harus berpisah dengan seorang teman yang menyenangkan.

Ya, semoga saja tulisan ini bisa menjadi kenangan yang dia bawa ke Turki. Menjadi teman, saat dia butuh teman. Dan menjadi pengingat, bahwa dia punya sahabat di sini.

Dan.. Hei, kamu. Semoga betah di sana. Baik-baik. Kuliah yang bener. Semua target-target yang disusun bisa tercapai. Nanti kalo sudah kembali ke tanah air bisa menjadi orang yang lebih, lebih, dan lebih bermanfaat. Kalo ada waktu sapa-sapa yes! Goodluck, take care, Allah bless you. I still hope that we’ll meet in real life someday. Satu lagi nih, hadiah untuk teman di perjalanan. sebuah lagu “Dia Sahabat”. Enjoy please :D

6 komentar:

  1. Tulisan yang manis.... semangat yang di sana

    BalasHapus
  2. aku jadi seperti tersanjung dengan tulisan ini hehe.. betapa hebatnya arti persahabatan itu...

    BalasHapus
  3. Yess.. Lucu juga ya? ketemu ga pernah tapi berani nyebut sahabat hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin disitulah uniknya sahaat itu... hope we can meet then, more than just a meeting!

      Hapus