Senin, 20 Januari 2014

Review: Belajar Menulis dari Penjaja Cerita Cinta



Judul : Penjaja Cerita Cinta
Penulis : @edi_akhiles
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal : 192 halaman


Penjaja Cerita Cinta. Ini bukan novel! Ini kumcer!

Fisrt of all, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Edi Mulyono a.k.a Bapak @edi_akhiles tercinta yang sudah memberi banyak kesempatan pada saya untuk belajar menulis. Mengenalkan pada saya tentang dunia literasi dan tetek bengeknya. Memberikan dorongan pada saya untuk keep writing. Dan tentunya sedikit banyak telah menjadi inspirasi dalam hidup saya. Ah, kalimat terakhir ini, saya mengetiknya dengan tangan sedikit bergetar.

Next, saya ingin sedikit mengulas tentang semua cerita di dalam buku ini. Beberapa cerita di buku ini pernah saya baca sebelumnya. Kebetulan, saya adalah penggemar berat penulis yang satu ini, jadi saya selalu up date tentang tulisan apa pun yang di post di blog atau note FB beliau.

Seperti yang tertulis pada pengantarnya, kumcer ini sengaja disusun sebagai media belajar menulis fiksi bagi para pegiat literasi, terutama newbie. Pada setiap bab di buku ini, pembaca akan disuguhi teknik bercerita yang berbeda-beda. Bagaimana itu suspensi? Apa itu snapshot? Seperti apa kalimat pembuka yang menarik? Bagaimana dialog yang luwes? Seperti apa narasi yang enak dibaca? Bagaimana membentuk mindset? Koleksi diksi? Semua ada di buku ini. So, let’s grab it. 
  • Penjaja Cerita Cinta
Ini mungkin cerpen terpanjang yang pernah saya baca. 38 halaman. Di sini, penulis mengajak pembaca untuk belajar teknik menulis setting yang luar biasa detail. Alur maju mundur yang mengalir enak. Paragraf pembuka yang nampol. Kumpulan diksi yang banyak. Snapshot yang juga bikin ngiler –I mean, saya juga pengen bisa kayak gitu–.

Adegan “ehem” yang ada di tengah cerita, itu cerdas. Semacam suspensi agar cerita tidak membosankan. Pemilihan nama Senja juga cerdas. Sedikit membinggungkan memang. Tapi saya suka. Di sini, penulis mengajak pembaca untuk melumat cerita sebelum ditelan. Penulis mengajak pembaca untuk mengasah otak. Berpikir dulu sebelum menyimpulkan.
 
Well, saya simpulkan ini cerpen terbaik di buku ini.
  • Love is Ketek, Cinta yang Tak berkata-kata, Dijual Murah Surga Seisinya
Sengaja tiga judul saya jadikan satu. Tiga-tiganya tulisan yang ringan untuk dibaca, tapi tetap kreatif. Saya suka gaya tulisan begini. Menghibur. Pesannya langsung ngena. Cocok dibaca saat butuh otak lagi ruwet, karena nggak perlu mikir panjang.

Love is ketek yang disampaikan dengan begitu sederhana, membuat saya bertanya, “apakah saya perempuan seperti itu atau tidak?”.

Cinta yang Tak Berkata-kata membuat saya mengerti bahwa cinta itu tak hanya cinta. Ia butuh lainnya untuk tetap disebut sebagai cinta.Di sini saya menemukan beberapa typo. Ex: "Ksajikan", kata ganti "kamu" yang seharusnya "aku".


Dijual Murah Surga Seisinya juga bacaan yang ringan. Surga itu tidak mahal, nyaris gratis malah. Tapi justru paling sering kita lupakan.
  • Menggambar Tubuh Mama
Ini bab yang membuat saya merinding sedap. Saya berkali-kali mengambil tissue untuk menyeka air mata. Tapi, saya sedikit bingung dengan logika cerita di sini. Pas pertama kali baca sih terkesan enak dan masif. Lalu, saya baca lagi, dan menemukan sedikit kejanggalan di sana.

Pada part pertama, penulis bertindak sebagai pencerita. Pada part selanjutnya, penulis bertindak sebagai pelaku. So? Ini bercerita tentang seorang anak kecil yang merindukan kehadiran Mama kan ya? meski pun kalimatnya bagus dan penyampaiannya touchy banget –two thums for that–, tapi kurang terasa anak-anaknya.

  • Secangkir Kopi Untuk Tuhan
This is my favorite story. Saya yakin seyakin-yakinnya, cerita ini based on real story. Ditulis saat Kakak Marco Simoncelli, sang rider Bengal nan menawan itu meninggal dunia di Sirkuit Sepang tahun 2011 lalu.

Satu kalimat dari judul ini yang nempel bener di kepala saya adalah, “Semua orang akan mati di antara yang dicintainya”. Seriously, ini nampol banget.

Pesan lain yang saya tangkap dari cerita ini adalah, siapa pun kamu, apa pun agamamu, di mana pun kamu berada, boleh kok mengirim doa untuk siapa saja. Tuhan itu satu.

Melalui cerpen ini, kita diajari untuk bisa mengemas tulisan based on story secara enak dan renyah.

  • Cinta Cantik
Yuk, mari belajar psikologis di sini. Cerpen ini mengupas sedikit tentang cara kerja alam bawah sadar manusia.
  • Tak Tunggu Balimu
Ini cerita gila. Satu pembuktian bahwa mindset sangat berpengaruh pada hasil sebuah tulisan. melalui cerita ini kita belajar mengkorelasikan dua hal yang bertolak belakang. Dangdut koplo dan filsafat Paul Ricoeur, dicari benang merahnya. Dan hasilnya adalah cerita kriuk macam ini.
  • Tamparan Tuhan
Love this one too. “Memanfaatkan posisimu yang terdzalimi untuk memanfaatkan cinta Tuhan agar mereka pun terdzalimi”. Kalimat ini membuat saya menunduk dengan hati yang bergetar karena malu.
  • Abah, I Love You, Munyuk, Lengkingan hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati Anaknya
Ini juga tiga judul yang saya jadikan satu, karena genre ceritanya nyaris sama. Sama-sama bikin mbrebes mili.

Abah, I Love You. Buat anak yang suka membangkang sama orang tua, terutama Bapak, nih baca! Suatu saat kamu akan berterima kasih untuk segala perlakuan keras Bapakmu.

Munyuk. Ini cerita tentang kesabaran seorang istri dalam menghadapi kemarahan suaminya.

Lengkingan hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati Anaknya –judulnya panjang banget ya?–. Apa yang sudah saya lakukan untuk membalas kasih sayang ibu yang besarnya tak terkira itu? Dan saya selalu lemah jika menghadapi apa pun yang berhubungan dengan Ibu.

  • Cerita Sebuah Kemaluan
Kamu punya kemaluan? Pasti, kita semua punya kemaluan. Dan mari belajar dari kemaluan masing-masing melalui cerita yang satu ini. Baca dulu sampai habis, agar kesimpulanmu tidak sepenggal, demikian note penulis di akhir cerpen ini. Dan saya setuju. Baca dulu sampai selesai baru menyimpulkan dan berkomentar.
  • Aku Bukan Batu
Nah, untuk menetralisir kembali pikiran saru setelah membaca Cerita Sebuah Kemaluan, penulis menyuguhkan cerita ini. Agak berat memang jika berurusan dengan kemahakekalan Tuhan. Tapi, bacalah dulu, lalu renungkan.
  • Si X, Si X, and God
Buku ini ditutup dengan cerpen yang hanya berisi dialog, tanpa narasi sedikitpun. Di sini sepertinya penulis lebih menekankan pada penguasaan penggunaan tanda baca. Sehingga, walau pun tanpa narasi, pembaca tetap bisa merasakan suasana dan emosi melalui penekanan kata dan tanda baca pada dialog.

Dan untuk para newbie di dunia literasi, bersuka citalah, kalian dapat bonus tips menulis yang baik dan benar melalui tulisan Hindari “Dosa-dosa Preett” Ini dalam Menulis.

Demikian sedikit review dari saya. Semoga bermanfaat. Pokoknya buat kamu yang ingin belajar teknik menulis, buku ini recommended buat jadi bahan bacaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar