Minggu, 01 Desember 2013

Life... (1)


SMS dari Silla

“Aku putus sama Andre! Gara-gara dia belum bisa move on dari mantannya!”

What?! Masih nggak paham sama jalan pikiran sahabatku yang satu ini. Pacaran udah dua tahun dan putus gara-gara gagal move on. Terus selama dua tahun ini mereka ngapain aja? Cuma ciuman dan gandengan tangan? Naif sekali.

***

Shilla datang padaku dengan mata berbinar. Lagi-lagi dia membawa segepok cerita tentang Andre. Lelaki yang baru dua bulan ini dikenalnya lewat sosial media. Baru dua bulan, tapi lelaki itu sudah berhasil meracuni otak Silla dengan pesonanya. Merampok hati Silla dengan perhatiannya.

“Nar, Andre tuh baik banget lho. Pinter, alim, ganteng, perhatian pula.”

“Oh, ya? Kamu kan baru kenal sama dia?”

“Iya sih. Tapi Beneran dia baik banget. kemarin aja aku dibawain coklat sama bunga.”

Cuma disogok sama coklat dan bunga dan langsung menjudge bahwa pribadi seseorang itu baik. Begitulah jatuh cinta. Sejuta rasanya. Dunia milik berdua, yang lain pada ngontrak semua. Kayak Silla ini, yang khayalannya sudah melanglang buana ke mana-mana.

“Dia juga udah cerita banyak tentang kehidupan pribadinya sama aku. Kasian deh, Nar. Dia dihianati sama mantannya. Ceritanya sama kayak aku, kan?”

Oh, jadi masalahnya perasaan senasib. Sama-sama merasa dikhianati. Disakiti. Ditinggal pergi. Dan sama-sama butuh tempat untuk bersandar, berbagi sisa-sisa luka. Baiklah, aku mulai paham.

“Kemarin dia nembak aku. Dan aku tak kuasa menolak. Kami jadian, Nar. November tahun ini benar-benar berkah. Tuhan megirimkan pengeranku. Dia bilang, dia serius sama aku. Dia udah capek pacaran mulu.”

Secepat itukah? Mataku hampir saja melompat. Untung ada kontak lens yang menghalanginya. Seingatku, dulu dengan mantan sebelumnya, Silla juga bilang kayak gitu, dia serius. Tapi, apa mau dikata, takdir berucap lain. Silla putus setelah tiga tahun pacaran, gara-gara mantannya kegap lagi jalan sama cewek lain.

Semoga saja pilihan Silla kali tepat.

***

Dua tahun berlalu, di bulan yang sama, kini Silla datang padaku dengan matanya yang sembab. Sisa-sisa tangisannya masih terlihat jelas di wajahnya yang sayu. Dalam semalam, matanya berubah menjadi mata panda. Kantung matanya membesar dan sedikit menghitam.

“Nar, selama ini aku dibohongi. Ternyata Andre belum bisa move on dari mantannya hikshiks….” Lagi, tangis Silla pecah. Sekotak tissue yang baru saja kubeli dari mini market sebelah ludes dalam sekejap. Air mata dan ingusnya deras mengalir. Bak sungai ciliwung di musim hujan. Banjir.

“Sabar ya, Sil….” Aku tidak tahu kata ampuh apalagi yang bisa kukatakan selain sabar.

“Dua tahun, Nar. Dua tahun hikshiks….”

Kuelus punggung Silla selembut mungkin.

“Kemarin, nggak sengaja aku nemu diarinya. Aku penasaran, lalu kubuka. Dan isinya menyakitkan, Nar. Selama ini kupikir dia benar-benar mencintaiku, ternyata… hikshiks….”

Kurangkul Silla. Kubiarkan dia bersandar di bahuku. Mengeluarkan segala gemuruh hatinya yang sedang terkoyak karena cinta. Karena sosok bernama Andre. Lelaki yang dua tahun lalu pernah dia bangakan dan yakini kesungguhannya. Yang meskipun waktu itu sudah kuingatkan untuk berhati-hati, tapi tak pernah digubris olehnya. Semua kata-kataku mental. Tak bisa menembus akal sehatnya.

“Ternyata, selama ini dia belum bisa melupakan mantannya. Di buku itu dia nulis, meskipun ada aku di sampingnya, tapi mantannya adalah yang terbaik. Yang tidak pernah akan dia lupakan seumur hidup. Aku sakit, Nar. Hikshiks….”

Ya, sebagai sesama perempuan, aku mengerti perasaan Silla. Perempuan normal mana sih, yang mau diduakan secara perasaan? Di mana-mana, perempuan itu ingin dijadikan sebagai satu-satunya penghuni hati. The one and only

“Aku bisa menerima kalo dia punya masa lalu. Tapi, tolong jangan bawa masa lalunya di masa depanku.” Silla sedikit lebih tenang. Dia berusaha mengatur napasnya yang masih sesenggukan.

“Sabar ya, Sil. Hidup itu memang kadang-kadang keras dan tak terduga. Tidak semua hal harus berjalan seperti yang kita mau. Kamu dulu pernah mengalami masa-masa seperti ini, kan? Dan kamu bisa melewati. Sekarang juga kamu harus bisa.”

“Iya, Nar. Tapi sakit…..”

“Gini, deh. Kalo Tuhan lagi-lagi memberi ujian yang sama pada kita, itu artinya kita belum lulus di ujian sebelumnya. Dan kalo kali ini kamu belum lulus juga, bisa jadi nanti kamu akan mengalami hal yang sama lagi.”

“Nggak, ah. Aku udah kapok. Besok lebih hati-hati lagi aku, Nar.”

Kupeluk sahabatku ini dengan erat. Semoga pelukan ini bisa sedikit saja melegakan hatinya. Semoga November kelabu ini bisa dilaluinya dengan baik. Dua November yang dilalui Silla dengan rasa yang berbeda.

***

Dan empat bulan kemudian, kulihat Silla sudah jalan lagi dengan seorang laki-laki yang kukenal dia adalah seorang playboy. Duhhh, Silla. Aku cuma bisa tepok jidat sendiri. Hanya bisa berharap kalau Silla akan bisa menjaga dan membawa diri dengan sebaik-baiknya. Dan tak mengulangi kebodohannya untuk ke sekian kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar