Rabu, 09 Agustus 2023

Riuh

Kututup kedua telinga
Enggan mendengar nyanyian mereka
Nyanyian tentang hidup yang ada-ada salahnya
Siapa yang menjalani, siapa sok tahu tentang ini

Kuberlari
Menjauhi suara-suara sumbang yang berdatangan
Mulut-mulut itu terus saja bicara seolah tahu segalanya
Padahal, yang mereka lihat hanya bungkusnya

Tidakkah sekali saja mereka ingin diam?
Meninggalkan keriuhan yang semakin lama semakin tak keruan
Pergi dari tidak jelasnya keramaian yang mereka ciptakan
Atau mereka sudah enggan
Karena riuh adalah candu yang sulit ditinggalkan

Saat Hujan Sedang Deras-derasnya

Di bawah rintik hujan
Ditemani sedikit sinar lampu di pinggiran jalan
Tanpa menatapmu, aku mencoba memecah kelu di bibirku
Banyak sekali yang ingin kusampaikan
Ribuan kata sudah menunggu untuk kumuntahkan
Ada gunungan caci maki
Ada juga sisa cinta yang telah tersakiti

Tapi, lagi-lagi semua tertahan
Yang sanggup kukatakan hanya satu permintaan
"Jangan pernah ada di sini. Jangan berani muncul di depanku lagi. Jangan menghubungiku. Jangan bicara apa pun padaku. Sampai nanti. Sampai sembuh segala luka di hati. Aku yang akan menyapamu lebih dulu. Saat itu, percayalah, aku telah menerima semua dan baik-baik saja."

Kamu memelukku yang terpaku
Pelukan yang pernah membuatku merasa nyaman
Kini justru membuatku merasa kesakitan

Perlahan rintik menjadi lebat
Hatiku semakin berat
Saat hujan sedang deras-derasnya
Ada tumpahan air mataku yang ikut luruh di sana

Rabu, 14 Oktober 2020

Day 5: Your Parents

Orang tuaku bukan orang berpendidikan tinggi. Keduanya hanya lulusan SD. Tapi, keduanya punya cita-cita tinggi. Meski hanya lulusan SD, mereka ingin anak-anaknya bisa menuntut ilmu hingga kuliah. Dan mereka sudah melakukannya. Kedua anaknya bisa lulus kuliah dengan mulus.

Orang tuaku bukan orang berada. Untuk hidup dan membesarkan anak-anaknya mereka harus bekerja sekerasnya. Berusaha sekuatnya untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anaknya. Mengesampingkan segala ego, demi anak-anaknya agar tercukupi.

Orang tuaku bukan orang yang romantis. Sedari kecil aku jarang sekali mendengar kata cinta dari mereka. Jarang sekali mendapat pelukan hangat dari mereka. Mereka lebih sibuk kerja demi memenuhi kebutuhan hidup, ketimbang menghabiskan banyak waktu bersama anak-anaknya. Tapi, tak pernah sekali pun aku protes. Aku tahu, mereka menyayangi kami anak-anaknya lebih dari kata cinta dan pelukan. Kami anak-anaknya selalu ada dalam doa mereka.

Orang tuaku adalah manusia-manusia tabah. Mereka seringkali dipukul derita, tapi tak kulihat mereka merana. Mereka tetap menjalani hidup dengan bahagia. Iya, sedih tentu saja ada, tapi hanya sewajarnya.

Orang tuaku bukan orang yang begitu religi. Soal agama, mereka biasa saja. Sholat puasa sama seperti yang lainnya. Tidak begitu ndakik-ndakik. Tapi, yang paling aku suka dari mereka adalah semangatnya untuk selalu berbagi. Seringkali mereka mengingatkan kami untuk, apa pun yang kami miliki, sedikit atau banyak, jangan lupa untuk berbagi. Untuk saling memberi. Dan ini adalah legacy yang harus kami rawat untuk kemudian diturunkan pada anak cucu kami.

Emak, Pak, terima kasih untuk segalanya selama ini. Kami anak-anakmu telah tumbuh mendewasa dengan baik. Terima kasih untuk banyak kebahagiaan selama ini. Kami menikmatinya. Sekarang, giliran kalian menikmati kebahagiaan. Menualah dengan sehat dan bahagia. Serta selalu dalam lindungan-Nya. 

Kamis, 01 Oktober 2020

Day 4: Place You Want To Visit

Sebagai manusia yang doyan jalan-jalan, banyak sekali tempat yang ingin ku kunjungi. Kalo bisa, seluruh dunia ini ku kelilingi. Kalo ada waktu dan dana tentunya. Ehem..

Pengen ke Korea, karena sering lihat dramanya. Pengen ke Jepang, karena penasaran sama disiplinnya orang sana. Pengen ke Singapura, pengen ke Jewel Changi lihat air terjunnya. Pengen ke Eropa, pengen ngerasain winter di sana. Pengen ke Swiss, karena selalu ngiler tiap lihat gambar pemandangan alam sana. Pengen ke Timur Tengah, pengen lihat padang pasir. Pengen ke Thailand, pengen lihat kehidupan di sana seperti apa. Intinya pengen ke banyak tempat, sih.

Tapi, kalo yang pengen banget dan sepertinya tidak begitu sulit untuk dijangkau adalah pengen jalan-jalan ke Banyuwangi. Pengen menghirup udara di Taman Nasional Baluran dan sekitarnya. Masalahnya adalah, Papasel mau gak diajak ke sana #kodekeras. Ini salah satu tempat yang sudah lama sekali masuk di bucket list-ku. Pokoknya berharap sekali suatu saat bisa ke sana. Eh, aku gak akan nolak, kok, kalo diajakin honey moon ke sana. Uhuk.

Yang lebih sederhana lagi, pengen banget ngajak anak lanang jalan-jalan ke Taman Safari. Lihat macam-macam binatang di sana. Karena ku tahu, ini akan membuat Icel bahagia. BTW, dari bayi dia belum pernah diajak ke kebun binatang. Meanwhile, sekarang dia sudah tahu nama-nama binatang, beserta niruin suaranya. Kecuali suara buaya, soalnya suara buaya susah ditiruin. Macam-macam, sih. Kadang bikin baper, kadang bikin mual. Eh. Ini ngomongin kamu apa buaya?

Abis dari Taman Safari, lanjut ngajakin main ke Jungle Land. Membiarkan Icel main sepuasnya di sana. Main sampai lelah. Kalo sudah lelah, pengen ngajakin dia ke Sentul City. Nginep di sana beberapa hari. Sampai waktu yang belum bisa ditentukan lah. 

Monmaap, yang terakhir itu modus maknya yang pengen nyusulin papanya apa gimana? Heh?

Rabu, 30 September 2020

Day 3: A Memory

Bicara tentang kenangan, pasti akan saja ada air mata yang menggenang. Masih sangat jelas teringat, ketika ada seseorang datang ke rumah sore itu. Seseorang yang pada akhirnya kutahu bisa mengambil sebagian besar kebahagiaan masa remajaku. Seseorang yang berhasil membuat ibuku goncang dengan kata-kata dan perbuatannya. Seseorang yang membuatku mengerti bahwa hidup tak selalu enak, tak selalu nyaman. Seseorang yang pada akhirnya memberiku satu kenangan buruk yang ingin kulupakan. Namun... karenanya, aku bisa sedewasa ini sekarang.

Sungguh, aku sudah lupa bagaimana rupa perempuan itu. Lupa suaranya. Lupa namanya. Tapi, tak pernah sekali pun aku lupa bagaimana dia memperlakukan ibuku saat itu. Aku tak lupa caci makinya pada ibuku. Aku tak lupa wajah pasrah ibuku. Aku tak lupa segala kesusahan yang terjadi pada ibuku setelah sore itu.

Meninggalkan trauma? Tentu. Tapi, sekarang sudah bisa menerima. Tidak apa-apa kenangan itu tetap tinggal di kepala. Bahkan telah kusediakan ruang khusus untuknya. Setidaknya, ini yang akan menjadi pengingat bagiku untuk tidak menyakiti orang. Karena jika aku menyakiti orang, aku akan teringat wajah ibuku saat itu. Wajah yang begitu ku sayang, meski jarang sekali aku mampu mengungkapkan.

Sabtu, 19 September 2020

Day 2: Things That Makes You Happy

Jadi inget jaman kuliah dulu. Hampir tiap minggu, sepulang kuliah malam, sering nongkrong di angkringan dekat kampus bareng teman-teman. Di sana makan nasi kucing dan minum segelas kopi susu saset. Duduk di tikar beratapkan langit. Saling cerita dan ketawa. Rasanya happy banget.

Kalo bosan di angkringan, kita pindah tempat ke warung kopi klotok. Di sana, ya, cuma pesen segelas kopi doang. Bisa duduk lesehan hingga berjam-jam. Atau selonjoran aja di tangga depan Indoapril sambil ngemil es krim. Cerita-cerita sama teman sampai lupa waktu. Gitu juga udah senang.

Receh banget, ya, bahagiaku dulu? Emang sekarang gimana? Sekarang agak ribet, sih, haha... Gak, ding. Masih sama aja, kok. Masih sama recehnya. Udah jadi orang tua gini, masih happy juga kalo jajan es krim. Masih suka ngopi-ngopi susu. Masih seneng juga kalo diajakin nongkrong.

Cuma, ya, itu... Namanya hidup pasti bergerak. Yang pergerakannya paling cepat, ya, orang-orang di sekitar kita. Ada yang hanya berlalu-lalang. Ada yang datang untuk kemudian menghilang. Ada yang menitipkan sayang, lalu tergantikan. Ada yang mencintai dan menetap hingga mati. Dengan siapa pun yang ada, aku masih tetap bahagia ketika bisa menghabiskan banyak waktu bersama.

Bahagia memang tak melulu soal apa, tapi lebih penting dengan siapa.

Rabu, 16 September 2020

Selamat Tanggal 16 September

Hai, Mas!

First of all, I want to say 'Happy anniversary' baby.

Cieee... Udah 3 tahun aja ini aku dan kamu jadi kita. Cepet amat. Kayaknya ujian tahap 1 untuk mengenal dan nerima kamu apa adanya udah lulus, nih. Sekarang aku udah bisa mulai 'bodo amat' kalo kamu ngeluarin kata-kata ngawur. Kalo dulu awal-awal sering nangis. Kamu pasti tahu, kan? Iya, kan? Sekarang juga masih nangis, cuma kadang-kadang doang.

Terus... Makin sini makin ngerasa bersyukur sekali. Udahlah dikasih anak cakep dan pinter, ternyata dikasih sepaket pula sama papanya yang baik banget. Yang suka menolong, rajin menabung, kerja keras, dan sayang keluarga. Coba begini pas sekolah dulu, udah jadi siswa teladan pasti.

Meski masih suka keluar taring kalo lagi marah, ya udah lah ya. Semua orang lahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

It's ok if you are not perfect, so am I.

Aku kurangnya juga buanyak buanget. Belum bisa masak, belum bisa nemenin kamu terus-terusan, belum bisa ini itu banyak sekali. I'm so sorry. But one thing for sure, I really want to be the best partner for you throughout life. Uhuk.

Dan maaf juga kalo istri kesayanganmu ini masih sering ngambek. Ya, gimana, namanya juga sayang. Kalo gak ada ngambek-ngambeknya kan gak seru. Masak datar aja.. Ngantuk ntar kayak lewat jalan tol.

Next, I want to say thank you so much for everything. For all the love and effort. Icel and I are happy to have you in our life. We love you sooooo much.

Last but not least,

Semoga kita bersama selamanya, ya. Baik-baik berdua. Banyak rukun dan bahagianya.

Semoga Tuhan senantiasa menentramkan jiwa kita, memberi rejeki yang barokah, menitipkan keturunan yang soleh solehah, menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Amin...